Halaman

Senin, 08 September 2014

Contoh Karya Tulis: Mengenal Tari Barong Bali

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Banyaknya tradisi dan budaya yang dimiliki Negara Indonesia telah memberikan kesan tersendiri bagi turis domestik maupun mancanegara. Keanekaragaman budayanya merupakan ciri khas Indonesia itu sendiri.Tidak sedikit pula daerah-daerah di Indonesia yang memiliki objek wisata yang unik, contohnya di Pulau Bali biasa disebut dengan Pulau Dewata - karena konon pada jaman dahulu Pulau Bali adalah tempat tinggal para dewa.
Bali memiliki budaya khas dengan salah satu tariannya yang terkenal yaitu Tari Barong.Barong merupakan sebuah tarian tradisional Bali yang ditandai dengan Topeng dan kostum badan yang dapat dikenakan oleh satu atau dua orang untuk menarikannya.Ada beberapa jenis barong yakni Barong Ket, Barong Bangkal, Barong Landung, Barong Macan, Barong Gajah, Barong Asu, Barong Brutuk, Barong Lembu, Barong Kedingkling, Barong Kambing, dan Barong Gagombrangan.Adapula Tari Barong dan Keris Bali.Latar belakang Tari Barong tersebut ialah untuk menunjukan bahwa di dunia ini terdapat dua hal unsur penting yaitu “Kebajikan” dan “Kebatilan”. 
Dan dari situlah penulis memilih untuk membahas Tari Barong dan Keris Bali dimana Tari Barong dan Keris ini merupakan kebudayaan yang bersifat dinamis, yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perkembangan kebudayaan tari di Indonesia dan mewujudkan wawasan nusantara. Selain memberikan wawasan tentang sejarah dan kebudayaan, Tari Barong dan Keris ini merupakan hiburan yang sangat menarik dalam dunia kebudayaan.Dan lagi adapula unsur humor yang sangat menghibur para penonton tarian tersebut.
1.2  Pembatasan Masalah
Pada penulisan laporan trip observasi ini, penulis hanya membatasi pada masalah tentang kebudayaan Tari Barong dan Keris Bali.

1.3  Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu “Bagaimana kebudayaan Tari Barong dan Keris Bali?”

1.4  Tujuan Masalah
      Tujuan laporan kegiatan observasi ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca.
2.      Sebagai salah satu syarat kenaikan kelas XI ke kelas XII.
3.      Sebagai bentuk tertulis laporan perjalanan observasi.

1.5  Metode Penulisan
      Langsung mengunjungi objek laporan dan studi pustaka.


BAB II
ISI

2.1 Pembahasan Awal
Barong adalah karakter dalam mitologi Bali, sedangkan di Jawa disebut “Barongan”. Ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali. Banas Pati Rajah adalah roh yang mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Banas Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang menggerakkan Barong. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan sebagai seekor singa.Sendratari tradisional di Bali yang menggambarkan pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal dan sering dipertunjukkan sebagai atraksi wisata.
Tari Barong merupakan tarian yang ditarikan oleh dua orang penari laki-laki, seorang memainkan bagian kepala barong serta kaki depan, dan seorang lagi memainkan bagian kaki belakang dan ekor. Barong yang berbentuk binatang mytologi ini banyak sekali macamnya, ada yang kepalanya berbentuk kepala singa, harimau, babi hutan jantan (bangkal), gajah, lembu atau keket. Keket oleh orang Bali dianggap sebagai raja hutan yang disebut pula dengan nama Banaspati Raja.
Tarian ini merupakan peninggalan kebudayaan Pra Hindu yang menggunakan boneka berwujud binatang berkaki empat atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis.Diduga kata barong berasal dari kata bahrwang atau diartikan beruang, seekor binatang mythology yang mempunyai kekuatan gaib, dianggap sebagai pelindung. Tetapi di Bali pada kenyataannya Barong tidak hanya di wujudkan dalam binatang berkaki empat akan tetapi ada pula yang berkaki dua. Topeng Barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti kuburan, oleh sebab itu Barong merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat Hindu Bali.Pertunjukan tari ini dengan atau tanpa lakon, selalu diawali dengan demonstrasi pertunjukan yang diiringi dengan gamelan yang berbeda-beda seperti gamelan Gong Kebyar, gamelan Babarongan, dan gamelan Batel.

2.2 Jenis Barong Bali
a.       Barong Ket atau Barong Keket
                        Barong Ket adalah barong yang sosoknya menjulang tinggi. Sosoknya menyerupai manusia dengan tinggi dua kali tinggi badan orang dewasa. Sosok laki-laki dinamakan Jero Gede, sedangkan pasangannya disebut Jero Luh. Konon, barong jenis dibuat untuk mengelabui mahluk-mahluk halus yang menebar bencana. Barong Ket adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan.Barong ini juga memiliki pebendaharaan gerak tari yang paling lengkap.
                        Dari wujudnya, Barong Ket merupakan perpaduan bentuk antara singa, macan,sapi dan naga. Badan Barong Ket dihiasi dengan kulit berukiran rumit dan ratusan kaca cermin berukuran kecil. Kaca-kaca cermin itu bagai permata dan tampak berkilauan ketika tertimpa cahaya.Bulu Barong Ket terbuat dari kombinasi perasok (serat daun tanaman sejenis pandan) dan ijuk. Ada pula yang mengganti ijuk dengan bulu burung gagak. Barong Ket ditarikan oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk atau Juru Bapang.Juru Bapang pertama menarikan bagian kepala, Juru Bapang yang lainnya di bagian ekor.
                        Biasanya Barong Ket ditarikan berpasangan dengan Rangda, yaitu sosok seram yang melambangkan adharma (keburukan). Barong Ket sendiri dalam tarian tersebut melambangkan dharma (kebajikan). Pasangan Barong Ket dan Rangda melambangkan pertempuran abadi andara dua hal yang berlawanan (rwa bhineda) di semesta raya ini. Tari Barong Ket diiringi dengan gamelan Semar Pagulingan.

b.      Barong Bangkal
                        Adalah barong yang menyerupai babi dewasa. Di Bali, babi dewasa jantan dinamakan bangkal, sedangkan yang betina dinamakan bangkung. Itu sebabnya barong jenis ini disebut juga dengan Barong Bangkung. Biasanya Barong Bangkal dipentaskan dengan cara ngelelawang atau menari dari pintu ke pintu berkeliling desa pada saat perayaan hari raya Galungan-Kuningan. Barong ini ditarikan oleh dua orang penari dengan iringan gamelan batel/tetamburan.
c.       Barong Landung
Barong Landung ditarikan oleh seorang. Ada sebuah lubang di bagian perut barong sebagai celah pandangan sang penari. Di beberapa tempat di Bali ada juga Barong Landung yang tak hanya sepasang.Barong-barong tersebut diberi peran seperti Mantri (raja), Galuh (permaisuri), Limbur (dayang) dan sebagainya.Musik pengiring tarian Barong Landung adalah gamelan Batel. Melihat Barong Landung, kamu mungkin teringat dengan Ondel-ondel. Ya, barong ini sangat mirip dengan tarian khas Betawi itu.
d.      Barong Macan
Seperti namanya, barong ini menyerupai seekor Macan.Jenis barong ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Bali. Pementasan barong ini sama dengan barong bangkal, yakni ngelawang berkeliling desa. Adakalanya pementasan barong ini dilengkapi dengan dramatari semacam Arja (opera tradisional Bali).Barong macan ditarikan oleh dua penari dengan iringan musik gamelan batel.
e.       Barong Kedingling
Barong Kedingkling disebut juga Barong Blasblasan.Ada juga yang menyebutnya barong Nong nong Kling.Secara bentuk, barong jenis ini berbeda jauh dengan barong jenis lainnya.Barung ini lebih menyerupai kostum topeng yang masing-masing karakter ditarikan oleh seorang penari.Tokoh-tokoh dalam barong Kedingkling persis dengan tokoh-tokoh dalam Wayang Wong.Saat menari, cerita yang dibawakannya pun adalah lakon cuplikan dari cerita Ramayana terutama pada adegan perangnya.Pementasan barong kedingkling ini biasanya dilakukan dengan ngelawang dar rumah- ke rumah berkeliling desa pada perayaan hari Raya Galungan dan Kuningan.Pertunjukan Barong Kedingkling diiringi dengan gamelan batel atau babonangan (gamelan batel yang dilengkapi dengan reyong).Barong Kedingkling banyak terdapat di daerah Gianyar, Bangli dan Klungkung.
f.       Barong Gajah
Barong Gajah tentu saja menyerupai Gajah.Barong ini ditarikan oleh dua orang.Karena barong ini termasuk jenis yang langka dan dikeramatkan, masyarakat Bali pun jarang menjumpai barong jenis ini.Sekali waktu, pada saat-saat khusus, barong ini dipentaskannya secara ngelewang dari pintu ke pintu berkeliling desa dengan iringan gamelan batel atau tetamburan.Barong Gajah terdapat di daerah Gianyar, Tabanan, Badung dan Bangli.
g.      Barong Asu
Barong Asu menyerupai Anjing.Sama seperti Barong Gajah, Barong Asu juga termasuk jenis barong yang langka.Barong ini hanya terdapat di beberapa desa di daerah Tabanan dan Badung.Biasanya dipentaskan dengan berkeliling desa (ngelelawang) pada hari-hari tertentu dengan iringan gamelan batel atau tetamburan atau Balaganjur.
h.      Barong Brutuk
Barong Brutuk termasuk jenis tarian langka yang ditarikan hanya pada saat-saat khusus. Barong ini memiliki bentuk yang lebih primitive dibandingkan dengan jenis barong Bali yang lain. Topeng barong ini terbuat dari batok kelapa dan kostumnya terbuat dari keraras atau daun pisang yang sudah kering.Barong ini melambangkan makhluk-makhluk suci (para pengiring Ida Ratu Pancering Jagat) yang berstana di Pura Pancering Jagat, Trunyan.Penarinya adalah remaja yang telah disucikan, yang masing-masing membawa cambuk yang dimainkan sambil berlari-lari mengelilingi pura.Barong yang ditarikan dengan iringan gamelan Balaganjur atau Babonangan ini hanya terdapat di daerah Trunyan-Kintamani, Bangli.

2.3 Alur Cerita Tari Barong dan Keris Bali
     Seperti yang kita ketahui dalam suatu pertunjukan tokoh adalah unsur utama yang terdapat didalamnya dengan membawakan peran dan karakter sehingga suatu pertunjukan menjadi menarik. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam Tari Barong dan Keris adalah:


·         Barong
·         Kera
·         Tiga orang perusak hutan
·         Rangda
·         Dua orang pengikut Rangda
·         Dewi Kunti
·         Pengikut-pengikut
·         Patih
·         Sahadewa
·         Dewa Siwa
·         Kalika


Tari Barong terdiri dari enam babak, diantaranya:
1.      GENDING PEMBUKA
Barong berada didalam hutan kemudian muncul kera mendekati barong,tak begitu lama datang tiga orang bertopeng yang menggambarkan sedang membuat keributan dan merusak ketenangan hutan. Mereka bertemu dengan kera kemudian berkelahi.Saat berkelahi kera berhasil memotong hidung salah seorang dari mereka.

2.      BABAK PERTAMA
Dua orang penari muncul dengan tariannya.Mereka adalah pengikut-pengikut dari Rangda yang sedang mencari pengikut-pengikut Dewi Kunti.Pengikut-pengikut Dewi Kunti tersebut sedang dalam perjalanan untuk menemui Patihnya.

3.      BABAK KEDUA
Pengikut-pengikut Dewi Kunti tiba dihadapan Patih.Salah satu pengikut Rangda berubah menjadi setan (Semacam Rangda) dan memasukkan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka bisa menjadi marah.Keduanya menemui Patih dan bersama-sama menghadap Dewi Kunti.

4.      BABAK KETIGA
Sahadewa adalah anak dari Dewi Kunti. Dewi Kunti berjanji akan menyerahkan Sahadewa kepada Rangda sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan anaknya Sahadewa kepada Rangda.Tetapi setan memasukkan roh jahat kepadanya yang menyebabkan Dewi Kunti menjadi marah dan berniat mengorbankan anaknya serta memerintahkan kepada Patihnya untuk membuang Sahadewa ke dalam hutan. Dan Patih tersebut tak luput dari kemasukkan roh jahat oleh setan mengikuti perintah Dewi Kunti membuang Sahadewa ke hutan dan mengikatnya di muka Istana Sang Rangda.

5.      BABAK KEEMPAT
Dewa Siwa datang,ia memberikan keabadian kepada Sahadewa tanpa sepengetahuan Rangda. Tak lama kemudian Rangda datang untuk membunuh Sahadewa tapi betapa terkejutnya Rangda yang tak berhasil membunuh Sahadewa yang telah diberi kekebalan yang dianugrahi oleh Dewa Siwa. Karena putus asa,Rangda menyerah kepada Sahadewa. Dia memohon untuk diselamatkan agar dapat masuk surga.Permintaan tersebut dipenuhi oleh Sahadewa.Akhirnya Rangda masuk surga.

6.      BABAK KELIMA
Kalika adalah seorang pengikut Rangda menghadap Sahadewa. Terjadi perkelahian antara Kalika dan Rangda.Kalika berubah menjadi “Babi Hutan”. Didalam pertarungan antara tersebut Sahadewa mendapat kemenangan.Kalika(Babi hutan) tidak putus asa. Dia berubah menjadi “Burung” tetapi tetap bisa dikalahkan oleh Sahadewa. Dan akhirnya Kalika(Burung) berubah rupa menjadi Rangda. Kerena Rangda sangat sakti maka Sahadewa berubah menjadi Barong.Karena sama-sama sakti pertarungan antara Barong melawan Rangda tersebut tidak ada yang menang.Dengan demikian pertarungan ini berlangsung terus abadi antara “Kebajikan” melawan “Kebatilan”. Pengikut-pengikut Sahadewa(Barong) dengan membawa keris ikut melawan Rangda. Mereka semua tidak berhasil melumpuhkan kesaktian Sang Rangda. Karena kagum pada kesaktian Rangda maka pengikut-pengikut Barong menujuk dada mereka dengan keris yang mereka bawa. Pertunjukan diakhiri dengan penujukan keris ke dada tersebut. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan bahwa pengikut Barong juga kuat seperti halnya Rangda.



















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan         
1.      Dari materi laporan trip observasi diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu keunikan ataupun ciri khas dari Pulau Bali adalah Tari Barong dan Keris Bali.
2.      Dimana Tari Barong itu sendiri menceritakan tentang pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma).
3.      Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
           
3.2 Kritik dan Saran
1.      Sebagai warga Negara Indonesia yang sadar akan kayanya budaya Indonesia, kita harus melestarikan tarian yang mencirikan khas Indonesia ini.
2.      Karena perubahan zaman sekarang ini, diharapkan Tari Barong mampu dibudidayakan selama mungkin.
3.      Setiap kota-kota besar hendaknya mendirikan pusat seni. Mengenalkan seni / kebudayaan Indonesia kepada anak-anak sekolah bertujuan memberikan gambaran betapa kaya negeri kita akan kebudayaan.
4.      Perlunya peran pemerintah dalam melestarikan kebudayaan Indonesia sangat diperlukan dalam hal ini.


Contoh Makalah Pembangunan MRT (Pembangungan Berkelanjutan)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu dari 5 besar Negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Otomatis, perlu adanya pengembangan – pengembangan alat yang mendukung produktifitas para penghuninya. Tak terkecuali dalam bidang transportasi. Luasnya wilayah Indonesia tentu saja membutuhkan teknologi transportasi yang memadai.
Di Indonesia sendiri, sekarang sudah tersedia teknologi transportasi darat, laut maupun udara. Armadanya pun tergolong mendunia. Namun, dibalik semua kelengkapan itu pasti ada sesuatu yang kurang. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di jalan raya, rel kereta api, perairan Indonesia dan jalur udara nasional membuktikan bahwa Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Kemacetan dimana-mana membuat warga tak nyaman untuk berlama – lama di angkutan umum dan membeli kendaraan pribadi yang sejatinya malah menambah kemacetan.
            Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan perangkutan memiliki peran penting dalam menggerakkan perekonomian kota-kota besar di Indonesia. Permintaan layanan perangkutan juga akan semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya jumlah penduduk. Karena ruang yang terbatas, kota-kota besar seperti Jakarta tidak mampu memenuhi tingginya permintaan pergerakan penduduk hanya melalui penambahan jalan dan angkutan umum berkapasitas kecilKondisi tersebut semakin parah dengan munculnya emisi kendaraan yang dapat menimbulkan gangguan kondisi kesehatan dan penurunan kualitas lingkungan. Selain itu, lamanya waktu yang dihabiskan di jalan dapat menimbulkan dampak psikologis berupa penurunan ketidakstabilan emosi dan dampak ekonomis berupa penurunan tingkat produktivitas kerja.

Menyadari bahwa penataan kota yang tak memungkinkan untuk menambah armada di jalan tanah, pemerintah merencanakan untuk membangun MRT (Mass Rapid Transit) di sepanjang Jakarta. Rencananya akan dimulai dari Lebak Bulus dan akan terus berkembang hingga menjangkau seluruh kota. Pembangunan ini diharapkan akan membantu masyarakat dan pengembangan kota.

 

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa itu MRT?
2.      Apa yang mendasari proyek MRT ini?
3.      Apa manfaat kehadiran MRT di Jakarta?
4.      Apakah perbedaan proyek MRT dan Monorel?
5.      Apa saja infrastruktur yang harus dipersiapkan untuk mendukung MRT?
6.      Bagaimana tanggapan masyarakat pada proyek ini?





BAB II
ISI

2.1  Pengertian MRT
MRT (Mass Rapid Transit) adalah suatu sistem tranportasi perkotaan yang mempunyai 3 kriteria utama, mass (daya angkut besar), rapid (waktu tempuh cepat dan frekuensi tinggi), dan transit (berhenti di banyak stasiun di titik utama perkotaan). Namun, belakangan ini kita sering salah kaprah tentang maksud definisi MRT itu sendiri. Pemeberitaan media yang cenderung asal-asalan dan kurang memperhatikan konten membuat masyarakat bukannya menjadi cerdas tapi menjadi makin bodoh.
MRT (mass rapid transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak (massal) dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat tinggi (rapid). Menurut modanya, MRT dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain: bus (buslane/busway), subway,  tram, dan monorail.
Bus MRT dapat dibedakan dengan bus angkutan biasa dan kendaraan lain karena biasanya merupakan shuttle bus yang memiliki rute perjalanan tertentu dan beroperasi pada lajur khusus, sehingga sering disebut buslane/busway. Pemisahan lajur ini dilakukan agar penumpang tidak mengalami penundaan waktu perjalanan dan tidak terganggu oleh aktivitas moda angkutan lain yang melintasi rute perjalanan yang sama. Busway sendiri biasanya bervariasi ada yang berbentuk ganda (bus gandeng), bus tunggal, dan bus bertingkat. MRT jenis busway biasanya lebih banyak dipilih oleh kota-kota di negara berkembang karena pengembangannya membutuhkan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan subway, monorel, ataupun tram. Kota Bogota di Kolombia merupakan salah satu contoh sukses penerapan sistem busway.  MRT dalam bentuk subway pada prinsipnya memiliki kesamaan sistem operasi dengan kereta api. Namun, konstruksi teknisnya terdapat perbedaan karena subway terletak di bawah tanah (underground) tetapi stasiun-stasiunnya langsung terhubung ke lokasi pusat kegiatan. Di Eropa Barat, subway merupakan salah satu moda angkutan yang sangat populer dan seringkali dikenal dengan istilah metro system. Kota London merupakan kota pertama yang menerapkan sistem subway sebagai moda angkutan massal berkecepatan tinggi pada tahun 1863.
Tram merupakan bentuk MRT dengan moda angkutan mirip dengan kereta api, tetapi jalur operasinya dapat terintegrasi dengan jalan raya. Tram dapat ditemukan di hampir semua kota menengah dan besar di Eropa dan di beberapa kota besar di Amerika. Tram pertama kali diperkenalkan pada tahun 1807 di Inggris dan merupakan bentuk awal MRT di dunia. Dalam operasionalnya, dikenal dua jenis tram: (1) tram yang jalur operasinya menyatu dengan jalur lalu-lintas kendaraan; dan (2) tram yang memiliki jalur operasional tersendiri yang dikenal dengan istilah light rail.  
            Monorail merupakan MRT yangmemiliki jalur tertentu dan biasanya tidak mengambil ruang kota yang luas. MRT jenis ini biasanya memiliki jalur di atas jalan raya dan yang ditopang dengan tiang-tiang yang sekaligus berfungsi untuk membentuk lintasan monorail. Berbeda dengan MRT lainnya, monorail biasanya hanya terdiri atas satu rute dengan sistem lintasan loop dengan beberapa stasiun pemberhentian yang menghubungkan dengan MRT lainnya maupun langsung ke lokasi kegiatan tertentu. Penggunaan monorail sudah banyak dikembangkan di kota-kota metropolitan di dunia antara lain Moskow, Tokyo, dan Sydney.

2.2   Latar Belakang Pembangunan
Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu, biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP II tahun 2004 menunjukan bahwa bila sampai 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi maka perkiraan kerugian ekonomi mencapai Rp 65 triliun/tahun.
Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi kontribusi 80 persen dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta digerakan oleh tenaga listrik sehingga tidak menimbulkan emisi CO2 diperkotaan. Berdasarkan studi tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan.
Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu membangun MRT mencerminkan visi sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa mudah warga kota melakukan perjalanan/ mobilitas dan seberapa sering mereka dapat melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuan Utama dibangunnya sistem MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan/ mobilitasnya menjadi lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.

2.3  Manfaat Kehadiran MRT
Manfaat langsung dioperasikannya sistem MRT ini adalah mampu mengurangi kepadatan kendaraan di jalan karena dengan adanya MRT diharapkan dapat mengalihkan masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi missal.
Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberi dampak positif lainnya bagi Jakarta dan warganya antara lain:
·         Penciptaan lapangan kerja
·         Penurunan waktu tempuh & meningkatkan
·         Dampak lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per tahun akan dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Program for Jakarta MRT System  2005)
·         Transit - Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai pendorong untuk merestorasi tata ruang kota. Integrasi transit-urban diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada area sekitar stasiun, sehingga dapat berdampak langsung kepada peningkatan jumlah penumpang MRT Jakarta
Pengembangan MRT dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi persoalan perangkutan di kota-kota besar tersebut. Keunggulan sistem ini ialah kemampuannya mengangkut penumpang dalam jumlah besar, cepat, dan dapat diandalkan dalam berbagai situasi. Dengan mempergunakan MRT, ruang jalan akan jauh lebih efisien karena penggunaan kendaraan pribadi dapat diminimalisasi.
Kereta rel listrik (KRL), kereta rel diesel (KRD), dan busway yang sudah dikembangkan di kota-kota metropolitan di Indonesia sebenarnya sudah dapat dikategorikan sebagai sarana transportasi massal. Namun, di berbagai kota, ketiganya belum dapat sepenuhnya dikategorikan sebagai MRT karena belum memenuhi kriteria sebagai sarana transportasi yang benar-benar cepat dan handal dalam segala situasi.



2.4  Perbedaannya dengan Proyek Monorel
Berbeda dengan proyek monorel yang dikerjakan oleh pihak swasta (business to business), MRT Jakarta adalah proyek yang dibiayai oleh pemerintah melalui pinjaman pinjaman luar negeri Jepang/Japan International Cooperation Agency/JICA (Government to Government). Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjamin ketersediaan dana dan kesinambungan operasional sistem MRT ini. Selain itu MRT Jakarta juga memiliki jalur dan kualifikasi yang berbeda dibanding monorel. Dalam pelaksanaannya, proyek MRT Jakarta akan ditangani oleh PT. MRT Jakarta.
PT MRT Jakarta bergerak dalam bidang pengangkutan darat, dimana kegiatan usahanya terdiri dari penyelenggaraan prasarana dan sarana perekeretaapian umum perkotaan yang meliputi pembangunan, pengoperasian, perawatan dan pengusahaan prasarana dan sarana MRT, dan termasuk juga pengembangan dan pengelolaan kawasan di sekitar depo dan stasiun MRT.

2.5  Infrastruktur yang harus disiapkan
MRT bukanlah solusi yang berdiri sendiri untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Sejumlah instrumen diperlukan untuk mengurai kepadatan lalu lintas
  • Integrasi produk hukum dan kebijakan seperti: peningkatan disiplin lalu lintas, pembatasan volume kendaraan melalui kebijakan pembatasan intensitas penggunaan kendaraan pribadi seperti ERP (electronic road pricing) serta upaya-upaya teknik lalu lintas seperti implementasi intelligent traffic system, perbaikan manajemen lalu lintas, pembangunan fly over, under pass, dan lain-lain. Cara lainnya yakni dengan memberlakukan harga tiket MRT Jakarta yang terjangkau, atau penerapan berbagai kebijakan baik yang menggunakan instrument financial seperti peningkatan pajak kendaraan pribadi, dan bentuk-bentuk pricing (road pricing, fuel pricing, parking pricing), maupun yang tidak menggunakan instrument financial seperti kebijakan ganjil genap, “3 in 1”, dan sebagainya.
  • Integrasi dengan moda transport lain : Untuk memudahkan calon penumpang MRT Jakarta sampai ke stasiun MRT Jakarta sekaligus menambah jumlah penumpang maka integrasi sistem MRT dengan sistem angkutan massal lainnya ataupun feeder seperti bus umum, TransJakarta, kereta Jabodetabek menjadi hal yang penting. Selain membangun jaringan baru untuk sistem MRT ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama dengan Pemerintah Pusat juga sedang mengembangkan konsep optimasi jalur kereta api lingkar (loopline) yang saat ini telah beroperasi sebagai bagian sistem kereta urban Jabodetabek. Dalam rencana tata ruang dan wilayah Pemprov DKI Jakarta, jalur loopline akan diintegrasikan dengan jaringan MRT. Optimasi loopline ini ditargetkan Pemprov DKI Jakarta dapat dituntaskan sebelum sistem MRT Jakarta tahap I dioperasikan.
  • Penyediaan fasilitas pendukung seperti tempat parkir (park and ride), jalur pejalan kaki, trotoar, dan taman yang memadai. Warga yang tinggal atau beraktivitas di sekitar jalur MRT dapat merasakan manfaat langsungnya. Warga yang tinggal agak jauh juga dapat meninggalkan kendaraan pribadi dan mengakses MRT dengan angkutan umum pendukung (feeder). Dengan demikian warga terutama pengguna kendaran pribadi bisa didorong beralih ke MRT dengan memudahkan akses untuk menuju dan meninggalkan stasiun.Selain itu stasiun MRT Jakarta akan dihubungkan dengan pusat-pusat aktivitas publik, baik perkantoran, komersial dan non-komersial. Koneksi yang nyaman antara stasiun MRT dengan pusat perbelanjaan atau perkantoran akan menjadi unsur kompetitif pembeda dengan usaha sejenis lainnya. Dengan laju manusia yang lebih baik, pusat perbelanjaan menjadi ramai dan perkantoran terjamin tingkat huniannya.

2.6  Tanggapan Masyarakat
Bagi warga yang peduli MRT, perlunya kajian ulang pembangunan MRT bukan hanya menyangkut masalah harganya yang lebih mahal dibandingkan MRT lain di dunia, tapi juga menyangkut bentuk MRT yang semula terowongan (subway) semua, tiba-tiba menjadi sebagian layang (elevated) dan sebagian subsway, serta partisipasi public yang amat minim, sehingga warga di sepanjang jalur MRT itu tidak tau sebelumnya mengenai bentuk MRT yang akan melintas di wilayahnya. Mereka tiba-tiba saja di akhir tahun 2011 dipanggil ke kantor Walikota Jakarta Selatan dan disuruh ambil uang ganti rugi tanah. Tidak ada proses sosialisasi yang baik, apalagi partisipasi publik yang baik, sama sekali tidak ada. 
Mengapa MRT layang ditolak? Pertama, akan mematikan bisnis di sepanjang kawasan Lebak Bulus – Fatmawati. Selama ini mereka telah berkontribusi mengurangi kepadatan lalu lintas sepanjang Jl Sudirman – Kota karena orang-orang di Jakarta Selatan dan sekitarnya dapat belanja barang-barang elektronik di kawasan Fatmawati. Matinya bisnis di sana akan membuat harus pergi ke Glodok lagi untuk belanja barang-barang elektronik. Akhirnya, pembangunan MRT Layang itu justru melahirkan kemacetan baru di Jl Sudirman – Kota. Kedua, MRT layang jelas akan melahirkan kemacetan baru karena jalan yang sudah sempit diambil untuk tiang rel. Ketiga, MRT layang akan menimbulkan kekumuhan dan ketidak-tertiban di bawahnya. Belum ada contoh di Jakarta ini yang serba layang itu bisnis dibawahnya hidup dan tidak kumuh.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan         
1.      Pembangunan MRT sebenarnya masih kurang berdampak bagi warga DKI Jakarta dikarenakan jumlah volume kendaraan bermotor tidak akan berkurang
2.      MRT diharapkan menjadi sebuah solusi dalam dunia trasnsportasi Indonesia.
3.      Dalam perkembangan berkelanjutan ini, MRT diharapkan mampu untuk memberikan manfaat bagi warga DKI Jakarta dalam menanggulangi kemacetan yang ada.

3.2 Kritik dan Saran
1.      Upaya-upaya terobosan yang cukup kreatif yang dapat secara tidak langsung menunjang pengembangan MRT perlu terus dikembangkan. Misalnya, program car free day.
2.      Pemerintah perlu secara konsisten mengelola dampak industri kendaraan melalui misalnya penerapan pajak yang tinggi dan subsidi BBM yang lebih selektif. 
3.      Dalam kerangka pengembangan MRT yang terpadu, pemerintah harus mulai memikirkan misalnya sarana angkutan feeder (antara) yang handal yang dapat menghubungkan rute MRT dengan pusat-pusat permukiman.
4.      Pemerintah juga perlu memperbaiki jalur-jalur pejalan kaki yang menghubungkan halte-halte dengan pusat-pusat kegiatan.
5.      Pengembangan MRT yang tangguh harus bertahap dan memperhatikan dampak sosial selama proses transisi.
6.      Pengembangan MRT sebaiknya dimulai dengan yang sederhana seperti busway. Lalu, seiring dengan bertambah rumitnya sistem pergerakan di suatu kota, program berikutnya dapat melibatkan moda yang lebih rumit pula seperti monorail, tram, atau subway.
7.      Pemerintah harus memikirkan proses adaptasi dan pengalihan sebagian tenaga kerja dan pengusaha sektor transportasi secara bertahap melalui peningkatan kapasitas, bantuan permodalan, ataupun penyediaan lapangan kerja baru.