Halaman

Sabtu, 11 Mei 2013

Contoh Cerpen Sukses


Topik utama : Sebuah Langkah dalam Mencapai Kesuksesan
Topik pendukung :
1. Seorang pekerja keras bernama Kinan yang tak pernah kenal lelah.
2. Selalu bermimpi agar dapat menggenggam kesuksesan di tangannya.
3. Yakin pada diri sendiri dan menghapus kemalasan.
4. Terdorong rasa percaya diri atas dorongan dari teman.
5. Suatu kegagalan bukanlah hal yang menahan keberhasilan.
6. Usaha yang dilakukan secara terus-menerus membuahkan hasil yang tak terduga.

Paragraf :
Kisah Sukses Seorang Pengusaha

Sukses, sebuah kata yang sering kita dengar di bumi ini. Mungkin dengan menyebutkannya saja gampang, tapi apakah mendapatkannya juga tidak sesulit menyebutkannya? Contohnya saja Kinan, lelaki yang hanya memiliki seorang ibu ingin sekali membahagiakan keluarganya yang beranggotkan istri dan dua anak perempuan. Walaupun ibunya selalu menuntut banyak hal dan terkadang membuat Kinantidak tahan terhadapnya, Kinan tetap bersabar dan menyayangi ibunya.
Pekerjaan sehari-harinya adalah pegawai kantoran di daerah Bandung. Di tempat kerjanya, ia dikenal sebagai seorang pekerja keras yang tak pernah kenal lelah. Tetapi menurut ibunya, pekerjaan itu kurang untuk menghidupi seluruh anggotanya. Pada suatu hari ia bertanya kepada ibunya.
“Ibu, apa yang kau inginkan dariku?”, Kinan bertanya.
“Ibu ingin kau menjadi orang yang kaya raya seperti ibumu ini. Pekerjaanmu ini tidak ada gunanya, penghasilanmu hanya sekadarnya saja.”, ibu pun menjawab.
“Mengapa ibu mengatakan hal itu? Yang bisa ibu lakukan hanyalah menuntut dan menuntut saja.”
 “Hah. Memang benar bukan? Seandainya ayahmu masih hidup, ia pun juga mengatakan hal itu.”, Ibu membalas.
“Jangan membawa-bawa ayah. Seumur hidup ia tidak pernah menuntut yang macam-macam kepadaku. Sekalipun ia melakukannya, itu pasti adalah suruhanmu.”, Kinan pun mengelak.
“Hei! Berani-beraninya kau bicara begitu terhadap ibumu?! Dasar anak tidak tahu diuntung!”
“Terserah ibu mau bicara apa. Akan kubuktikan bahwa aku bisa menjadi orang sukses seperti yang kau inginkan, namun tidak sombong sepertimu.” Ia menambahkan.
“Coba saja jika kau bisa.”, ibu menantangnya.
Dan dari sinilah, ia mencoba untuk membuka usaha makanan dengan modal yang tidak terlalu banyak.
******
Sejak hari itu, Kinan teringat bahwa dulu ia selalu bermimpi agar dapat menggenggam kesuksesan di tangannya. Ayahnya selalu menasihati Kinan supaya bisa menjadi orang sukses dengan usahanya sendiri. Ia pun langsung membuka sebuah makanan. Ia berharap usahanya dapat berkembang pesat dan memiliki cabang di seluruh Indonesia. Namun karena ini baru pertama kalinya ia membuka usaha, ia pun bingung apa hal pertama yang harus dilakukannya. Dan ia pun bertanya kepada temannya di kantor, Andi.
“Di, kamu tau tidak bagaimana cara untuk sukses?”, ia bertanya.
“Hmm, setau saya yaitu berhenti malas dan yakin pada diri sendiri.”, Andi menjawab.
“Baiklah, selain itu? Apakah boleh kita bergantung pada orang lain?”
“Boleh saja, manusia kan makhluk sosial. Asalkan jangan terlalu sering saja. Toh, kamu ingin berusaha sendiri bukan?” 
“Benar juga.  Oh iya Di, kamu mau tidak membantuku membuka usaha makanan? Yaa modalnya sih tidak terlalu besar, tapi mungkin jika kita melakukannya bersama dan perlahan kita bisa menjadi pengusaha yang hebat. Bagaimana?”, ajak Kinan.
“Boleh tuh. Saya mau kalau begitu. Kalau bisa, kita bisa membukanya esok hari.”
“Tentu.”, Kinan pun setuju.
******
Usaha Kinan dan Andi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ibu Andi merasa heran bagaimana ia bisa melakukannya secepat itu. 
“Nan, bagaimana bisa usahamu sebaik ini?”, tanya ibu.
“Ini semua berkat dorongan dari temanku dan rasa percaya diri yang saya punya.” 
“Sombong sekali kau. Jangan lupa memberi ibu hasilnya, ya.” ibu berkata.
“Hah? Hasil apa? Uang maksudmu? Tentu saja aku akan memberinya kepadamu Bu, tapi tidak semua. Untuk Andi, gaji pegawai, dan untuk istriku saja belum aku berikan.”
“Untuk ibumu harus lebih besar.”
“Banyak sekali maumu, Bu. Kita lihat nanti saja, doakan saja aku supaya usahaku bisa lebih berkembang.”
“Ya ya ya, semoga saja.”
******
Keesokkan harinya Kinan dan Andi memasang wajah cemas. Mereka berdua menghitung jumlah pendapatan bersama, dan ternyata hasilnya kurang dari hari pertama mereka membuka usaha. Mereka rugi besar. Apa yang telah terjadi? Mereka kebingungan untuk mengatasi semua masalah ini. Istri Kinan pun mendatanginya.
“Ada apa, Nan?” istrinya bertanya.
“Aku tidak tahu. Jumlahnya tidak sama. Hampir 40% aku mengalami kerugian. Bagaimana bisa?”, Kinan bingung, berbicara sendiri.
“Astaga, coba kau hitung kembali. Bukannya aku sok tau, tapi mungkin masalahnya ada pada pemasaran atau cara menyesuaikan lidah para konsumen terhadap makanan yang kalian jual, apalagi lidah orang Indonesia.” Istrinya mengira-ngira.
“Hmm, mungkin saja. Ah, aku menyerah. Aku tidak sanggup menjalankan usaha ini.” 
Melihat ketegangan mereka bertiga, Ibu pun kaget namun merasa senang dan tersenyum. Ternyata Kinan tidak seperti yang ia harapkan.
“Haha, terbukti bukan? Kau tidak bisa melakukan apa-apa untuk ibumu. Kau hanya besar mulut, terlalu banyak bicara. Itu sudah takdirmu untuk gagal.” sindir ibu.
Istri Kinan pun tidak tahan karena sindiran ibu.
“Ibu! Jangan berbicara seperti itu! Walaupun begini ia adalah anakmu. Ia sudah berusaha untuk melakukannya demi dirimu. Lalu apa balasanmu? Menyindirnya? Mencemoohnya karena gagal? Apakah kau pernah mendoakannya untuk menjadi sukses? Yang kau lakukan hanyalah menuntut dia. Pernahkah kau sadar akan hal itu, Bu? Aku rasa tidak.”
Ibu terdiam. Tiba-tiba Ibu memberinya tamparan yang cukup kuat dengan air mata yang berlinang dari matanya sendiri.
“Istri macam apa kamu membentak ibu dari suamimu sendiri?! Ibu melakukan hal ini demi Kinan. Supaya ia menjadi orang yang sukses. Menjadi orang yang lebih baik. Supaya ibu terbebas dari beban yang ada.” Dan air matanya pun mengalir.
“Jika ibu ingin Kinan menjadi lebih baik, janganlah lagi menuntut yang tidak-tidak. Biarkan ia melakukannya sendiri. Ibu cukup menasihatinya dan berdoa untuknya, jangan melakukan hal yang justru membuat Kinan merasa terbebani olehmu.” Sang istri menambahkan.
“Ibu, jika ibu ingin aku sukses dan seperti yang ibu harapkan, bukan seperti ini caranya. Benar apa yang dikatakan oleh istriku, kalau ibu menasihati, menyemangatiku, dan mendoakanku, aku akan sangat senang dan merasa dimudahkan oleh Tuhan. Janganlah menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Kau juga istriku, jika kamu ingin membelaku jangan pernah membentak ataupun melawan ibu. Walaupun begitu, dia adalah ibuku. Wanita yang paling kusayangi di dunia ini. Orang yang telah melahirkanku dan menjagaku hingga aku seperti ini. Dan kamu adalah orang yang aku cintai beserta anak-anak kita. Kalau kalian ingin aku menjadi yang lebih baik dan mampu membahagiakan kalian, aku mohon, tolonglah jaga hubungan kalian. Sadarlah akan kesalahan kalian masing-masing.” Kinan pun akhirnya campur tangan.
Mendengar hal itu, Ibu dan Istri Kinan merasa bersalah dan mereka saling minta maaf dengan air mata yang keluar dari kedua mata dua orang ini. Ketegangan pun akhirnya mencair. 
******
Kinan merenung di malam hari. Ia bingung apa yang akan dilakukannya untuk melanjutkan usahanya itu. Waktu itu ia sudah berkata untuk menyerah, tetapi tetap saja tekadnya untuk menjadi pengusaha sukses tidak cukup sampai disini saja. 
Tidak lama kemudian, Ibu menghampiri Kinan.
“Nan, maafkanlah Ibu atas kesalahan ibu selama ini yang selalu menuntutmu ini itu. Ibu akan selalu mendoakan untuk yang terbaik. Jadi teruslah berusaha, kau sudah bertekad bukan?” ibu berkata.
“Iya, Bu. Tanpa minta maaf pun Ibu sudah aku maafkan. Tapi aku tidak sanggup menjalankan usaha ini, Bu. Kerugiannya yang didapat terlalu besar. Aku menyerah, ternyata aku memang tidak bisa menjalankan sebuah usaha.” Kinan merenung sedih.
“Jangan berkata menyerah. Sebuah kegagalan bukanlah hal yang mencegahmu untuk berhenti berusaha. Dengan usaha yang terus-menerus kau jalani, akan mendatangkanmu sebuah keberhasilan. Kegagalan adalah hal yang biasa. Suatu pekerjaan pasti ada hambatannya. Itulah yang membuat seorang pengusaha belajar dari kesalahn itu sendiri.” Ibu menasihati.
“Ibu benar. Aku kan sudah bertekad untuk menjadi pengusaha yang sukses. Membahagiakan ibu dan saling berbagi adalah impianku. Terima kasih Bu atas nasihatnya. Aku tidak bisa melakukan apa-apa tanpa dirimu.”, kata Kinan.
“Sama-sama, Nak. Rundingkanlah hal ini dengan Andi. Dan mulailah usahamu kembali.”
******
Seiring berjalannya waktu, usaha Kinan dan Andi berjalan lancar tanpa hambatan. Usahanya kini sudah memiliki cabang di seluruh Indonesia. Ibu, istri, maupun anak-anaknya merasa bahagia akan keberhasilannya itu.
Ibu berkata pada dirinya sendiri; “Ayah pasti bangga melihatmu saat ini, Nan.”